Kepala Dinas Kesehatan Maros, Firman Jaya, menjelaskan, ketiga orang tersebut belum pasti terkena virus antraks karena baru dugaan. "Hasilnya juga belum keluar dan masih dalam pemeriksaan," ungkap Firman, Selasa (31/3). Firman belum mau memberikan identitas ketiga orang tersebut. Ketiga warga yang diduga terinfeksi penyakit antraks itu bertempat tinggal ditemukan virus antraks pada sapi yang telah dipotong.
Sapi itu milik sebuah yayasan yang ada di lokasi itu. Sapi dipotong karena sakit. Tapi ketika diperiksa, ternyata sapi itu positif terserang virus antraks.
Petugas Penanganan Penyakit Menular pada Hewan Dinas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Maros, Isdarjid, juga belum tahu pasti apakah tiga warga itu benar-benar terinfeksi penyakit antraks atau tidak.
Pasalnya, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Balai Besar Penelitian Penyakit Kabupaten Maros. Hasilnya pun baru dapat diketahui 5-10 hari ke depan.
Sementara itu Kepala Dinas Peternakan,Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maros, Andi Srialam, menuturkan sisa daging telah disita dan masih terus dilakukan uji coba. "Tapi hasil sementara daging itu positif antraks," ujarnya.
Dari informasi awal, sapi yang terjangkit antraks tersebut dianggap pemiliknya hanya sakit biasa sehingga lebih cepat memotongnya sebelum sapi tersebut mati
"Tapi ini pelajaran agar tidak mengulangi kasus seperti ini," harapnya.
Tentang Antraks
Antraks adalah penyakit hewan yang dapat menular pada manusia dan bersifat akut. Penyebabnya adalah bakteri Bacillus anthracis. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia.
Hewan tertular akibat makan spora yang menempel pada tanaman yang dimakan. Hewan yang mati akibat antraks harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai supaya bakteri tidak menyebar.
Penularan penyakit ini pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengonsumsi produk hewan yang kena antraks atau melalui udara yang mengandung spora.
Berawal dari Sakit
SAPI yang sementara dinyatakan positif antraks itu dipotong oleh salah seorang anggota yayasan itu karena sapi tersebut sakit. Sayangnya, ia tidak mengetahui jika sapi itu mengidap virus antraks.
Baru setelah dilakukan pemeriksaan pada sisa daging hewan, diketahui jika sapi itu mengidap virus berbahaya.
"Sisa daging sapi itu sendiri telah dimusnahkan agar tidak menyebar ke binatang ternak lainnya," ungkap Pemberantas Penyakit (P2) dari Dinas Kesehatan Maros, Mail, Selasa (30/3).
Kepala Dinas Kesehatan Maros, Firman Jaya, mengharapkan agar korban yang memakan daging itu tidak menderita virus dari penyakit hewan tersebut.
"Untuk manusia, belum keluar hasilnya apakah positif antrax atau tidak," terangnya dan meminta kepada masyarakat agar menjaga kebersihan supaya tidak terserang penyakit tersebut.
Dinas Kesehatan Maros, katanya, telah turun ke lapangan untuk melakukan survei dan melihat langsung lokasi tersebut dan melakukan sterilisasi pada lokasi. Maros adalah salah satu daerah yang memiliki riwayat antraks.(ink)
Sumber : http://tribun-timur.com/read/artikel/91350/Antraks_Serang_Maros